Fighting Hunger, Kicking Food Waste


Food waste merupakan suatu fenomena yang tidak asing lagi ditelinga kita, fenomena food waste mulai banyak terjadi namun tidak kita sadari. Food waste sendiri ialah sisa makanan terbuang yang dapat disebabkan oleh beberapa aspek. Rumah makan ialah sumber utama dimana food waste marak terjadi, tulisan kali ini akan membahas mengenai fenomena food waste yang terjadi dalam proses penyajian makanan.
Aspek aspek yang mempengaruhi tingkat food waste dalam proses penyajian makanan ialah aspek sosial, konsep berbisnis, Perumusan Produk Baru (NPD), Sistem Manajemen, Kemampuan, Kebiasaan, Kompetitor, dan Komunikasi. Konsep sosial dalam proses penyajian makanan berhubungan dengan norma, nilai, ataupun sebuah peraturan yang berlaku, sebagai contoh  restoran A merupakan sebuah restoran cepat saji yang menjual ayam goreng dan kentang goreng, setiap harinya restoran ini dapat menggoreng 30 sampai 40 kg ayam dan kentang. Sayangnya tidak setiap hari ayam dan kentang yang mereka goreng akan habis terjual, restoran ini membuat peraturan bahwa ayam dan kentang yang telah digoreng dan tidak habis dijual harus segera dibuang dan tidak boleh dijual kembali. Jika hal tersebut terjadi setiap harinya, bisa kalian bayangkan setiap minggunya berapa banyak ayam dan kentang goreng yang terbuang?
Aspek konsep berbisnis ini memiliki hubungan dalam hal ukuran, kualitas dan jumlah makanan yang diberikan, dalam hal ini banyak pengusaha penyaji makanan berlomba lomba menyajikan makanan dengan kualitas yang baik, harga yang murah, dan jumlah yang banyak untuk menarik para pelanggan, cara itu memang mungkin berhasil dalam menarik pelanggan, namun di sisi lain cara tersebut justru dapat meningkatkan angka food waste. Seseorang membeli sejumlah makanan tertentu karena harganya yang terjangkau, namun ia tidak dapat menghabiskan makanan tersebut karena jumlahnya yang berlebih, sehingga akhirnya makanan tersebut menjadi terbuang sia - sia.
Perumusan sebuah produk baru atau New Product Development merupakan hal yang wajib dilakukan dalam suatu usaha untuk mempertahankan para pelanggannya, umumnya dalam NPD ini para pembuat atau perumus produk makanan yang baru ini akan membuat beberapa sample makanan sampai menemukan resep yang yang sesuai, namun tanpa disadari pembuatan produk percobaan ini terkadang berlebihan dari segi jumlah ataupun jenis, sampel produk atau makanan ini tentu saja tidak akan dihasbiskan, alhasil makanan tersebut akan terbuang dengan percuma.
Aspek konsep berbisnis umumnya ada pada rumah makan yang bersifat all you can eat atau buffet, pihak pengelola tentu akan menyajikan makanan dengan jumlah yang melimpah guna mencegah lonjakan para pelanggan yang datang. Namun cobalah berpikir apakah setiap makanan - makanan tersebut akan habis? Apakah akan banyak pelanggan yang datang setiap harinya? Jika tidak pikirkan ke mana semua makanan itu akan pergi? Jika makanan tersebut tidak dibagikan kepada para pegawainya, tentu saja makanan itu akan masuk ke dalam tempat pembuangan dan menjadi sampah yang tidak dapat dikonsumsi. Alhasil tingkat food waste kembali meningkat. Aspek konsep berbinis juga memiiki hubungan dengan aspek komunikasi, dimana seorang pengelola rumah makan harus memiliki komunikasi yang baik dengan pihak produsen bahan baku, untuk memastikan bahwa setiap bahan baku yang dikirimkan merupakan bahan baku yang sesuai standar, memiliki umur simpan yang panjang, dan layak untuk diolah, sehingga tidak akan terjadi banyaknya bahan baku yang terbuang karena salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi.
Aspek kemampuan membicarakan mengenai keahlian seorang penyaji makanan atau dengan kata lain seorang juru masak. Food waste tentu saja banyak terjadi apabila seorang juru masak tersebut tidak memiliki kemampuan yang sesuai, umumnya juru masak tersebut bisa saja salah membaca resep, salah membaca makanan yang dipesan, atau salah menambahkan bumbu, tentu saja lagi - lagi makanan tersebut akan dibuang karena tidak dapat dikonsumsi.
Aspek kebiasaan tertuju pada seorang konsumen, tentu saja hal tersebut tidak dapat diatur oleh orang lain atau sebuah buku. Kebiasaan makan datang dari diri kita sendiri, dalam hal ini food waste umumnya terjadi karena konsumen tidak memahami betul makanan yang mereka pesan atau makanan yang disajikan tidak sesuai bayangan mereka, sehingga mereka tidak memiliki keinginan untuk menghabiskannya.
Setelah membaca hal di atas sudakah kalian sadar berapa banyak makanan yang telah kalian buang karena hal hal kecil yang tidak anda sadari? Ingatlah apa yang kalian makan tidak sepenuhnya bagian kalian, makanalah sesuai kemampuan yang kalian miliki. Hindari memesan makanan terlalu banyak jika kalian tahu porsinya tidak untuk satu orang atau jika kalian tidak dapat mengahbiskannya pisahkanlah makanan sebelum kalian makan agar makanan tersebut masih layak dimakan orang lain.


Sharing is caring -

Komentar

Postingan Populer